Sabtu, 06 Desember 2008

Jika ingin jadi pemberani, cobalah sakit gigi.....

mencoba mencari makna hidup dari sebuah kejadian.....
Ini sebuah pengalaman semasa kecil. Saat itu aku masih duduk di kelas 5 SD. Jadi, umurku saat itu kira-kira 11 tahunan. Sejak kecil aku sering sakit gigi (mungkin aku biasa ceroboh tak rajin menggosok gigi). Pada suatu malam sakit gigiku kambuh........uuuuugghhhhh....sakitnya bukan kepalang. Tapi aku tidak menangis. Berbagai cara (termasuk yang biasa saya lakukan) untuk mengurangi rasa sakit yang meradang telah aku lakukan. Karena seringnya sakit gigi, aku sampai merasa malu jika harus minta tolong pada ibu atau ayahku.
Salah satu cara yang biasa saya lakukan untuk mengurangi rasa sakit itu adalah dengan berkumur menggunakan getah jarak. Cara ini biasanya cukup efektif dan kadang bahkan dapat menyembuhkan. Tapi bagaimana mungkin tengah malam begini aku mendapatkan getah jarak? Kutahan juga sakit gigi ini meski sangat menyiksa.
Malam semakin larut...gigiku semakin sakit dan membuatku tak bisa tidur. Badan terasa lelah, hati merasa gelisah. Malam terasa sangat panjang dan waktu seperti lambat berjalan. Kutahan rasa sakit ini dengan berdoa..... aakh, tak sanggup aku!! Aku tahu di mana aku harus mendapatkan getah jarak. Satu-satunya tempat yang banyak terdapat getah jarak di desaku adalah di kuburan. Aku ragu hendak mencarinya kesana karena jaraknya cukup jauh melewati ladang-ladang dan persawahan. Tapi aku tak sanggup lagi menahan rasa sakit gigiku. Dengan perlahan aku bangkit dari dipan tempatku tidur setiap malam, mengambil cangkir, membuka pintu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan bunyi yang dapat membangunkan ayah, ibu dan adik-adikku.
Malam sudah larut, agak gerimis (jawa: kremun-kremun) dan suasana tak begitu gelap karena ada bulan meski tersembunyi dibalik kabut. Tak tahu pukul berapa saat itu karena di rumahku tak ada arloji. Dengan tanpa berpikir apa pun aku berangkat ke kuburan. Kupatahkan batang demi batang pucuk pohon perdu itu, dan kutampung getahnya tetes demi tetes kedalam cangkir seng (mug) yang kubawa. Tak ada rasa takut sedikitpun dalam hatiku. Yang ada dalam pikiranku hanya bagaimana getah jarak itu dapat kuperoleh, dan sakit gigiku segera sembuh.
Setelah kudapat kurang lebih satu sendok makan getah dalam cangkir, segera kumasukkan ke dalam mulutku dan berkumur....ucuk,ucuk,ucuuuukk....aakh, pahitnya bukan main. Tak apa, aku ingin rasa sakit ini segera hilang. Sambil berkumur aku terus mematahkan batang demi batang pucuk pohon jarak sambil sesekali melangkahi nisan.....
Dan aku pulang dengan hampir sepertiga cangkir penuh getah jarak. Aku kembali menutupi seluruh tubuhku dengan sarung bekas pemberian ayahku. Aaahhhheemmmmmm..... alhamdulillah..... aku jadi bisa tertidur.
Jika aku teringat kejadian ini, aku ngeri....tapi aku jadi mengerti bahwa dalam keadaan terjepit orang menjadi kehilangan rasa takut. Ini bemakna bagiku, dan kau boleh mengambilnya jika kau mau....

Tidak ada komentar: